Minggu, 12 September 2010

Cerita Rakyat (Roro Jonggrang)


Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama . Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. “Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!”, ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Roro Jonggrang, Raja yang jelita. “ nian itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku,” pikir Bandung Bondowoso.

Esok harinya, Bondowoso mendekati Roro Jonggrang. “Kamu sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?”, Tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. “Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya”, ujar Roro Jongrang dalam hati. “Apa yang harus aku lakukan ?”. Roro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar.
Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat . Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Roro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso. “Bagaimana, Roro Jonggrang ?” desak Bondowoso. Akhirnya Roro Jonggrang mendapatkan ide. “Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya,” Katanya. “Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?”. “Bukan itu, tuanku, kata Roro Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah. “Seribu buah?” teriak Bondowoso. “Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam.” Bandung Bondowoso menatap Roro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah.
Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. “Saya percaya tuanku bias membuat candi tersebut dengan bantuan Jin!”, kata penasehat. “Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!” Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar. “Pasukan jin, Bantulah aku!” teriaknya dengan suara menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso. “Apa yang harus kami lakukan Tuan ?”, tanya pemimpin jin. “Bantu aku membangun seribu candi,” pinta Bandung Bondowoso.
Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah. Sementara itu, diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. “Wah, bagaimana ini?”, ujar Roro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami. “Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Roro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung…dung…dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. “Wah, matahari akan terbit!” seru jin. “Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi. “Candi yang kau minta sudah berdiri!”. Roro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!. “Jumlahnya kurang satu!” seru Roro Jonggrang. “Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan”. Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu.
Ia menjadi sangat murka. “Tidak mungkin…”, kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Roro Jonggrang. “Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan jarinya pada Roro Jonggrang. Ajaib! Roro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah , Jawa Tengah dan disebut Candi Roro Jonggrang.

sumber: http://bom2000.com/cerita-rakyat-roro-jonggrang.html

Sabtu, 11 September 2010

Timun Mas

Ini adalah salah satu kartun faforit saya waktu kecil loooh :)


Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.

Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.

“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.

Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.

Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.

Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.

Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.

Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.

Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri. (Read More)

Jumat, 10 September 2010

Boneka Si Unyil

iiiih kalau mengingat masa-masa kecil jadi inget sama acara-acaranya buat anak-anak, salah satunya adalah Boneka Si Unyil.

Pada Era 80-an dimana sarana hiburan terbatas hanya TVRI dan Radio, semua anak-anak (termasuk saya) pasti kenal dengan Film Boneka Si Unyil keluaran PPFN. Tiap hari minggu setiap setengah sepuluh pagi, sehabis mandi..hehe, pasti nungguin film ini di TVRI. Nostalgia Film Boneka Si Unyil, nostalgia yang layak dikenang.
Ceritanya sangat memasyarakat dan berbobot meskipun ditujukan kepada anak-anak. Ada edukasi, hiburan dan tatanan sosial. Dalam Film seri boneka ini menceritakan tentang seorang anak Sekolah Dasar (meskipun saking trade mark-nya, ceritanya SD mulu..karena laku jadi ga dilulusin SD-nya sama PPFN, hehehe.. ).  Kata "Unyil" berasal dari "mungil" yang berarti "kecil", Si unyil ini memiliki keluarga yang ideal (keluarga dengan dua anak alias KB), punya adik satu ( si kinoy).Dalam film ini banyak menceritakan petualangan Si unyil dkk, mulai dari kehidupan sehari-hari di Desa Sukamaju sampai petualangan di hutan dan juga kadang-kadang cerita dongeng yang ditempelkan. Kita kenalan dengan tokoh/karakternya yuk.. 

Tokoh/Karakter 
Unyil, Ucrit, dan Usro
Tiga sahabat ini merupakan karakter utama dalam film Si Unyil 
Pak Raden
tokoh karakter jawa yang kental. Kain beskap berwarna hitam lengkap dengan blangkon dan tongkat dengan pegangan mirip gagang payung dan di sertai dengan kumis tebal yang melintang merupakan ciri khas Pak Raden. Sangat percaya dengan primbon,  tiap ada kerja bakti selalu ngeles gara-gara sakit encok dan selain pemarah, yang paling nyebelinnya .. Pak Raden ini super pelit!!.Sebagai keturunan darah biru, Pak Raden juga memelihara burung perkutut serta memiliki bakat seni lukis yang mumpuni. Tawanya khas, menggelegar 
Pak Ogah
Tokoh pemalas dan pengangguran yang kepalanya gundul dan kerjanya sehari-hari adalah duduk di pos ronda dan meminta uang dari orang-orang yang lewat. Kalimat ajaibnya adalah "Ogah, aah" dan "Cepek dulu dong." Hehe..dasar pemalas. Teman sejawatnya adalah Pak Ableh, tapi pak Ableh ini jarang dibahas detail. “hajar bleh!!”.. ujar pak Ogah kalo lagi ngomporin pak ableh. 
Kinoy
Adik semata wayang unyil yang ceritanya nurut sama orang tua, rajin mengaji. 
Meilani
Teman unyil dari keturunan tionghoa, sebagai simbol asimilasi masyarakat. 
Tina
Salah satu tokoh perempuan teman si unyil, cantik dan cerdas. 
Bun Bun
Kalo ga salah bunbun ini adiknya meilani, teman mainnya kinoy cs.
Cuplis
Teman seumur unyil, adiknya banyak (ciner,cimot,dll), miskin, penakut tapi bandel. 
Endut
Teman ucrit, tokoh antagonis bagi unyil dkk. Bandel tapi selalu kalah. 
Mbok Bariah
Perwakilan karakter non jawa, ibu-ibu yang suka jualan..”bo abbo”.. 
Brehom
Tokoh penjahat, residivis atau buronan polisi. Tokoh penjahat berbaju loreng dan suka sembunyi di hutan. 
Pak Lurah dan Hansip
Simbol kepala desa beserta aparatnya (perwakilan simbol orde baru..hehe)Dll (Read More)